Perkembangan teknologi yang pesat dengan digitalisasi dan tentu saja kaum milenial yang terus bergerak melakukan banyak sekali perubahan di dunia yang belakangan ini akrab kita dengar dengan sebutan “disrupsi” bisa disebut nyaris merambah hampir ke seluruh sektor kehidupan. Mulai pergeseran kebiasaan bermain, berbelanja, makan, bergaul, berkomunikasi dan berbisnis semuanya mulai bergeser ke dunia digital.
Pertumbuhan pesat ini pun rupanya mulai mengancam berbagai lini bisnis dan kebiasaan para penggiatnya, misal saja ojek pangkalan yang semakin tersudut dengan kehadiran Ojek Online yang terus merangsek hampir semua lini kebutuhan khususnya jasa antar-mengantar. Dominasi pemain lama semakin tergerus para pemain baru yang semakin agresif memaksimalkan teknologi sebagai apa yang disebut harapan masa depan yang lebih baik, cepat dan kompetitif – layaknya ungkapan “Yang Basi, Mati”.
Dunia otomotif pun terus mengalami pergeseran atau disrupsi – hal yang sedang terus berkembang adalah teknologi Mobil Elektrik atau secara garis besar kendaraan Elektrik (EV: Electric Vehicle). 5 hingga 10 tahun belakangan ini otomotif yang sekian dekade dikuasai oleh pemain-pemain lama yang sukses memproduksi mobil-mobil berbahan bakar fosil seperti Ford, Honda, Mercedes-Benz, Audi, BMW, Toyota, Mazda, Nissan dan lain sebagainya mulai harus merasakan kompetisi yang super cepat dari pemain-pemain baru dunia otomotif seperti Tesla Motors, Rivian Motors, Iconiq Motors, Genesis Motors dan beberapa brand baru lainnya yang bahkan tidak memiliki latar belakang otomotif sama sekali berhasil menjadi produsen besar kendaraan elektrik dunia sekarang ini – dan mereka terus berkembang!.
Tekanan terhadap kebutuhan untuk mengurangi emisi dan perlindungan sumber alam menjadikan ambisi terhadap pemanfaatan energi listrik semakin besar, walau sampai saat ini listrik pun masih sebagian dihasilkan dari sumber bahan bakar fosil. Teknologi penghasil listrik pun saat ini terus digalakan dengan pembangunan mega proyek pembangkit tenaga listrik dari energi terbarukan seperti tenaga matahari, tenaga air, tenaga panas bumi dan lain sebagainya. Hal ini akan terus berkembang seiring meningkatnya kebutuhan listrik dunia khususnya kepada tuntutan perkembangan teknologi digital yang sumber tenaga utamanya adalah listrik.
Kembali ke perkembangan otomotif khususnya kendaraan elektrik, tidak disangka bahwa asia saat ini memimpin dalam hal tingkat produksi dan pengunaan seperti halnya Republik Rakyat China (ROC) yang saat ini menjadi negara terbesar produsen dan pengguna kendaraan listrik dunia menyusul Eropa dan Amerika. Hal ini tentu saja telah menjadi trend global yang semakin disikapi positif dan juga negatif bagi para pelakunya.
Mulai bergeraknya pemain-pemain lama di industri ini ke kendaraan elektrik dari 10 tahun lalu walau masih terkesan ragu-ragu tetapi menunjukkan kemajuan yang signifikan, dan ini berimbas ke dunia autosport juga dengan kemunculan balap mobil Formula E pada tahun 2014 dan hingga saat ini. Belum lagi kemunculan rally mobil elektrik dan juga perkembangan dunia lainnya yang memanfaatkan kendaraan elektrik sebagai pendukung aktifitasnya.
Nah tantangan bagi para petrolhead di Indonesia: Siapkah kamu menghadapi serangan teknologi kendaraan bermotor ini di masa depan dan berganti menjadi ElectricHead? Yang sudah barang pasti bakal memaksa para petrolhead untuk mulai mengenal teknologi kendaraan ini sebagai sebuah keniscayaan teknologi. Berkurangnya cadangan minyak dunia serta semakin tergantungnya kita terhadap teknologi selular itu sendiri kan terus mendorong kita untuk mau tidak mau menerima kendaraan elektrik sebagai sebuah kemajuan peradaban manusia.
Sesungguhnya hal serupa pernah terjadi di awal-awal tumbuhnya industri otomotif bermesin fosil: 1850-an hingga 1920-an, dimana kemunculan teknologi mesin berbahan bakar fosil hadir menggantikan tenaga kuda pada masa itu. Kereta kuda yang menjadi andalan transportasi tergantikan oleh mesin yang sudah diawali dengan kemunculan kereta api dan mesin uap pada kapal-kapal laut. Teknologi mesin yang pada waktu itu masih amat mahal berhasil di minifikasi dan diterapkan pada kendaraan harian yang terus bertransformasi menjadi sebuah fasilitas utama moda transportasi global hingga hari ini. Mobil yang kita pakai saat ini adalah perwujudan daripada perkembangan teknologi masa itu. Penolakkan terhadap mesin pada awal-awal perkembangan berangsur-angsur hilang dan justru semakin besar pemanfaatannya hingga kini dan saking besarnya perkembangan mulai mengganggu ekosistim dengan emisi dan segala hal buruk yang tumbuh dari teknologi otomotif yang kita kenal selama ini.
Regulasi negara-negara maju rupanya juga berpengaruh terhadap desakan untuk pengembangkan teknologi kendaraan elektrik dan rupanya hal ini pun telah mulai disikapi pemerintah Indonesia dengan mulai dipersiapkannya aturan main khusus kendaraan elektrik ini.
Anggap saja dalam kurun waktu 5 hingga 10 tahun kedepan bisa jadi industri-industri otomotif dunia bakal mulai secara masif menjual kendaraan elektriknya di Indonesia, apakah kita siap bertransformasi?
Tentu saja beberapa hal yang masih menjadi hambatan adalah regulasi yang belum jelas, harga yang masih cukup mahal dan juga ketersediaan stasiun pengisian listrik untuk otomotif yang masih belum banyak dan belum terstandarisasi. Berkaitan tentang ini hanya masalah waktu dan pada saatnya kendaraan bermesin konvensional akan tergerus – bahkan teknologi mesin hybrid pun bakal tidak dilirik sama sekali ketika mesin listrik penuh dengan segudang keunggulannya mulai menjadi trend yang tidak bisa ditolak dan justru semakin menarik. Juga perkembangan sistim konversi dari mesin konvensional menjadi mesin elektrik pun telah hadir sebagai solusi bagi para penggemar mobil-mobil berdesain konvensional. Mari kita pantau dan tunggu sampai mana hal ini akan terus bergulir khususnya di Indonesia, Selamat Datang Kendaraan Elektrik!